PENDIDIKAN BERBASIS PEMBERDAYAAN


Pendidikan merupakan faktor penting yang sangat menentukan kehidupan manusia. Keberhasilan dalam mengelola pendidikan memberikan dampak peningkatan kualitas hidup baik secara prabadi mupun masyarakat. Sebaliknya, kegagalan dalam mengelola pendidikan akan mengakibatkan krisis yang terjadi pada ummat manusia. Sebuah peradaban yang maju dan berkualitas sangat bergantung pada pendidikan yang dilakukan.

 
Keberhasilan sebuah pendidikan tidak serta merta diukur dengan ukuran materi dan tingginya teknologi tetapi juga keluhuran moral dan kematangan sikap. Menurut Ibnu Sina, seorang ilmuwan Muslim terkemuka, pendidikan atau pembelajaran itu menyangkut seluruh aspek pada diri manusia, mulai dari fisik, metal maupun moral. Ibnu Sina memandang bahwa pendidikan tak hanya memperhatikan satu aspek saja, tetapi juga membentuk individu yang menyeluruh termasuk, jiwa, pikiran dan karakter.
Secara personal, keberhasilan pendidikan dilihat dari perubahan tabiat (behavior). Frederick J. Mc Donald menyebutkan bahwa pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang diarahkan untuk merubah tabiat (behavior) manusia. Sedangkan keberhasilan pendidikan pada tingkat komunal dapat dilihat pada adanya perubahan pola interaksi yang lebih menghargai dan menjunjung toleransi.
Berbicara keberhasilan pendidikan baik secara personal maupun komunal tentu kita akan merujuk kepada pendidikan Rasulullah SAW. Beliau berhasil membina para sahabatnya secara personal dan berhasil membina masyarakatnya. Secara personal, para sahabat Rasulullah SAW adalah pribadi-pribadi hebat tak hanya secara moral tetapi kematangan sikapnya. Bahkan Rasulullah SAW memberikan jaminan kualitas para sahabatnya sebagai sebaik-baik generasi sesuai dengan hadits Rasulullah SAW :” sebaik-baik generasi adalah generasiku kemudian setelahnya kemudian setelahnya.” (HR Bukhori Muslim)
Keberhasilan Rasulullah SAW dalam mendidik generasi terbaik paling tidak karena dua hal kunci yang dilakukan Rasulullah SAW. Dua kunci Rasulullah SAW tersebut adalah keteladanan dan pemberdayaan. Dua hal tersebutlah yang berhasil menghantarkan para sahabat beliau menjadi orang-orang yang tercatat dalam tinta emas sejarah sebagai manusia-manusia terbaik.
Rasulullah SAW adalah sosok teladan tanpa keraguan. Dalam diri beliaulah pancaran keagungan Islam teraplikasi dengan sempurna. Allah SWT memberikan jaminan akan keteladanan Rasulullah SAW tersebut dalm firman-Nya yang artinya : “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah SAW suri tauladan yang baik” (Al Ahzab : 21). Beliau adalah sosok aplikatif dari keagungan Al Qur’an. Dalam hadits Aisyah ra dikatakan bahwa akhlak Rasulullah adalah Al Qur’an.
Beberapa contoh keteladanan Rasulullah SAW adalah ketika Rasulullah dan sahabat diboikot oleh kafir Quraisy. Rasulullah dan sahabat betul-betul merasakan lapar sampai-sampai sahabat mengadukan kondisi mereka kepada Rasulullah. Akan tetapi yang terjadi adalah Rasulullah memperlihatkan tiga batu yang diikat diperut Rasulullah saw.
Selain keteladanan yang ditampilkan Rasulullah SAW, yang dilakukan Rasulullah SAW dalam mendidik para sahabatnya adalah pemberdayaan. Rasulullah SAW berhasil mengoptimalkan potensi yang dimiliki para sahabatnya untuk kemenangan Islam. Bahkan seorang budak seperti Bilal bin Rabbah berhasil dioptimalkan potensinya oleh Rasulullah SAW. Oleh karenanya, sejarah mencatat para sahabat Rasullallah SAW tersebut sebagai orang-orang yang memiliki keahlian masing-masing. Bilal Bin Rabbah sebagai Muadzin, Hudzaifah Ibnul Yaman dikenal sebagai intelejen handal dan Zaid bin Tsabit sebagai seorang pengumpul Al Qur’an. Selain nama-nama yang sudah tidak diragukan kapasitasnya seperti Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali.
Keteladanan dan pemberdayaan adalah dua kunci sukses pendidikan. Dua kunci tersebut bisa diaplikasikan dalam pendidikan kita saat ini. Hal yang pertama adalah keteladanan. Pendidkan yang kita lakukan terhadap anak didik kita akan berhasil ketika disertai dengan adanya keteladanan pada para guru. Siswa sebagaimana para gurunya tentu jengah ketika melihat orang yang menyuruh dan mendidik kita tidak melakukan hal yang disampaikan bahkan melakukan hal yang sebaiknya. Berjama’ahlah di masjid ketika kita menyuruh para anak didik kita untuk berjama’ah di masjid.
Hal yang kedua adalah pemberdayaan. Pemberdayaan adalah sebuah “proses menjadi”, bukan sebuah proses yang instan. Sebagai sebuah proses maka pemberdayaan memilki tahapan. Tahapan tersebut adalah penyadaran, pengkapasitasan dan pendayaan. Tahap pertama adalah penyadaran. Pada tahap ini, siswa atau anak didik diberi “pencerahan” dalam bentuk pemberian penyadaran bahwa mereka mempunyai hak dan kewajiban dalam kehidupan ini. Mereka disadarkan akan tugas sebagai kholifah di muka bumi. Pada tataran yang lebih praktis mereka perlu dipahamkan kenapa mereka harus berhasil dalam pendidikan. Sehingga proses pemberdayaan itu dimulai dari dalam diri mereka sendiri.
Setelah menyadari, tahap kedua adalah pengkapasitasan. Pada tahap ini, peserta didik diberikan bekal atau capacity building. Pengkapasitasan ini salah satunya dilakukan dengan proses pengajaran dan pelatihan. Peserta didik diberikan bekal yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan mengoptim alkan potensinya melalui program-program yang terencana dan terevaluasi. Arti dasarnya adalah memberikan kapasitas kepada peserta didik kita baik secara personal maupun berkelompok untuk mampu menerima daya dan kepercayaan yang akan diberikan

Tahap ketiga adalah pendayaan atau pemberian daya itu sendiri. Pada tahap ini kepada peserta didik diberikan daya, kepercayaan, kekuasaan, otoritas dan peluang yang sesuai dengan potensi dan kualitas kecakapan yang dimilikinya. Tahap ketiga ini adalah tahap aplikasi dari pemberdayaan atau empowering dimana peserta didik dituntut untuk mengeluarkan potensi yang dimilikinya.
Oleh : Hapid, M.Si.(Pendidik di Nurul Fikri Boarding School Serang Banten)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar